Kota Bengkulu – Penyebaran Suku-Suku dari Uluan Bukit Kaba Suku Lembak dan suku Musi merupakan dua kelompok etnis yang memiliki hubungan historis dan budaya yang erat. Keduanya diyakini berasal dari satu leluhur yang sama yang bermukim di daerah uluan atau hulu Bukit Kaba — sebuah gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Dari daerah ini, berlangsung proses migrasi yang melahirkan beragam suku di wilayah Sumatera bagian selatan.Asal-Usul Geografis dan Migrasi wilayah Bukit Kaba dahulu menjadi pusat pemukiman masyarakat hulu yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru. Migrasi ini berlangsung secara bertahap dan terbagi menjadi beberapa jalur:Ke arah barat dan selatan (Bengkulu):Kelompok ini menetap dan berkembang menjadi suku Lembak, yang kini tersebar di Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah, hingga Kota Bengkulu.
Ke arah timur dan tenggara (menyusuri Sungai Musi):Kelompok ini bergerak menuju dataran rendah dan membentuk suku Musi, yang kini mendiami wilayah Musi Rawas, Lubuklinggau, Musi Banyuasin, hingga Palembang.Cabang lainnya juga menghasilkan kelompok-kelompok seperti suku Rawas dan sebagian komunitas Rejang di wilayah Hulu Musi.Tapi suku yang paling dekat ikatan nya ialah suku Lembak dan suku Musi. Pola migrasi ini dipengaruhi oleh kondisi alam (gunung dan sungai), pencarian tanah subur, serta dinamika sosial seperti konflik lokal dan pertumbuhan populasi.
Keterkaitan Budaya dan Bahasa beberapa bukti menunjukkan bahwa suku Lembak dan suku Musi berasal dari akar budaya yang sama:Bahasa:Bahasa Lembak (sering disebut Bahasa “Col”) memiliki struktur dan kosakata yang mirip dengan Bahasa Musi. Keduanya termasuk dalam rumpun Bahasa Melayu Musi, menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.Adat dan Tradisi:Keduanya mengenal sistem ke-PUYANGan (orang yg di tuah kan), memiliki pola struktur keluarga dan adat istiadat yang serupa, termasuk dalam hal pernikahan, warisan, dan penyelesaian sengketa.Sastra Lisan dan Cerita Rakyat:Legenda seperti Muning Raib dari Bukit Kaba menjadi simbol penyebaran leluhur dari wilayah hulu, dan diyakini sebagai cikal bakal dari migrasi nenek moyang suku Lembak dan Musi.Bukti Ilmiah dan Sejarah1.
Linguistik : Bahasa Lembak termasuk kelompok dialek Melayu yang dekat dengan Musi, dan memiliki substruktur fonologi yang serupa.(Sumber: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud, 2018)2. Antropologi dan Sejarah Lokal:Dalam penuturan masyarakat tua, Bukit Kaba disebut sebagai “ulu tanah” atau asal mula orang-orang hulu. Kajian antropologi mencatat bahwa masyarakat Lembak dan Musi termasuk dalam rumpun Melayu Ulu.(Sumber: Haryono, R., Jurnal Antropologi Indonesia, 2002)3.
Toponimi dan Jejak Pemukiman:Nama-nama tempat seperti Lembak, Ulu Rawas, Muara Kelingi, dan Ulu Musi menunjukkan keterkaitan akar sejarah dan migrasi dari satu sumber utama: Bukit Kaba.(Sumber: Ismaun, M., Universitas Sriwijaya, 1999)—–4. Struktur Sosial dan Adat:Sistem kekerabatan marga (patrilineal) ke-PUYANGan dan adat istiadat pengangkatan gelar serta musyawarah adat memperkuat bahwa mereka berasal dari masyarakat yang memiliki sistem sosial yang sama.(Sumber: T. Ibrahim Alfian, Balai Pustaka, 1987)Suku Lembak dan suku Musi merupakan bagian dari kelompok etnis yang berasal dari wilayah uluan Bukit Kaba.
Dari daerah ini, leluhur mereka bermigrasi dan membentuk komunitas-komunitas baru berdasarkan aliran sungai dan kondisi geografis. Kesamaan bahasa, adat, dan cerita rakyat memperkuat bahwa mereka berasal dari satu akar budaya yang sama: Melayu Uluan.Daftar PustakaBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Struktur Bahasa Lembak. Kemendikbud RI, 2018.Haryono, R. “Persebaran dan Asal Usul Suku Bangsa di Sumatera Selatan.” Jurnal Antropologi Indonesia, 2002.Ismaun, M. Toponimi dan Sejarah Pemukiman di Sumatera Selatan. Universitas Sriwijaya, 1999.Alfian, T. Ibrahim. Adat dan Upacara Tradisional Sumatera Selatan. Balai Pustaka, 1987.Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta, 2005.Sc. (Red)










